Saturday 17 July 2010

Hujan Doa Sang Senja


Selimut dari pakaianku, musnah karena gelap,
Perlahan, tubuhku berbentuk tanah,

perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terjelas langkah-langkah terakhir itu,

aku sendirian...

di tempat gelap yang tak pernah terbayang,


Aku menunggu,

Tunggu akhir kegilaanku…
Payah sungguh kini ku selalu,

Paksakan keadaanku,


Selayaknya…biarkanlah
,
Aku jalani sendiri Jalan-jalan itu
Sempit atau luas
Biarkanku…

Dalam benakku sebuah tangan melambai,
Terulur bergetar mengusap kepalaku,

Kusambut tangan itu,

Dan kucium penuh takzim,
Telunjuknya mengarah ke langit biru berawan:
”Lihatlah, layang-layang terbang karena tantangan angin”

Senyumnya meredakan badai di jantungku
,
”Jalani hidupmu dengan tenang dan sabar,

Carilah kemudahan itu di ujung kesukaran”


Suaranya parau dihisap usia dan deraan angin,

“Kau tampak lelah cucuku,
tidurlah
Ciptakan mimpi-mimpi indah dalam lelapmu,
Wujudkan mimpi itu saat kau jaga",

Tuhanku...Aku mohon, janganlah pimpin putera2ku,
di jalan yang mudah dan lunak,
Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan,

kesulitan dan tantangan.

Biarkan putera2ku belajar
untuk tetap berdiri di tengah badai,
dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi,
sanggup memimpin dirinya sendiri",

tak sepertiku..
yang hanya menengadah ketika langit menangis,
yang hanya tertelungkup ketika dingin menjemput gelap.

1 comment: