Saturday 22 May 2010

Sebentar Merenung Untuk Sang Maestro


Dengan nama lengkap Gesang Martphartono, lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 1 Oktober 1917. Gesang dikenal sebagai “Maestro keroncong Indonesia” dengan lagu Bengawan Solo yang terkenal dan legendaris itu. Bukan saja lagu tersebut terkenal di dalam negeri Indonesia saja, di Jepang pun lagu Bengawan Solo sangat terkenal dan banyak digemari terutama oleh kalangan “sepuh” nya. Lagu Bengawan Solo diterjemahkan ke dalam setidaknya 13 bahasa dunia, termasuk diantaranya dalam terjemahan bahasa Inggris, bahasa Tionghoa, dan bahasa Jepang.

Jepang memberikan penghargaan kepada Gesang pada tahun 1983, atas jasanya dalam perkembangan musik keroncong. Bentuk penghargaannya diwujudkan dalam bangunan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo. Pemeliharaan Taman Gesang ini didanai oleh Dana Gesang, sebuah lembaga di Jepang yang didirikan untuk Gesang.

Lagu-lagu ciptaan Gesang yang paling populer diantaranya adalah :

- Bengawan Solo
- Pamitan
- Caping Gunung
- Ojo Lamis
- Jembatan Merah
- Saputangan
- Si Piatu
- Roda Dunia
- Dunia Berdamai
- Tirtonadi
- Pemuda Dewasa
- Luntur
- Bumi Emas
- Tanah Airku
- Dongengan
- Sebelum Aku Mati

Adapun karya Gesang dalam bentuk Compact Disc masing-masing adalah Seto Ohashi (1988), Tembok Besar (1963), Borobudur (1965), Urung (1970), Pandanwangi (1949) dan Swasana Desa (1939).
20 Mei, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional Indonesia kita kehilangan seorang seniman, maestro Keroncong yang tiada duanya, Beliau adalah Bapak Gesang atau lengkapnya Gesang Martohartono. Gesang dilarikan ke rumah sakit akibat kesehatannya menurun pada Rabu (19/05/2010). Selanjutnya, Gesang harus dirawat di ruang ICU sejak Minggu (16/5) karena kesehatannya terus menurun. Rumah sakit membentuk sebuah tim untuk menangani kesehatan yang terdiri dari lima dokter spesialis yang berbeda. Hingga akhirnya beliau meninggal pada hari Kamis (20/05/2010) Pukul 18:10 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

Bengawan Solo, sebuah lagu keroncong karya Gesang yang amat sangat dikenal tak hanya di Indonesia, bahkan lagu ini telah diterjemahkan setidaknya ke dalam 13 bahasa, sungguh fenomenal.

Lagu ini diciptakan pada tahun 1940, ketika Beliau berusia 23 tahun. Gesang muda ketika itu sedang duduk di tepi Bengawan Solo, beliau yang selalu kagum dengan sungai tersebut, terinspirasi untuk menciptakan sebuah lagu. Proses penciptaan lagu ini memakan waktu sekitar 6 bulan. Lagu Bengawan Solo juga memiliki popularitas tersendiri di luar negeri, terutama di Jepang, dan sempat digunakan dalam salah satu film layar lebar Jepang.

Selamat Jalan Gesang , Selamat Jalan Maestro Keroncong Indonesia . Jasamu tidak akan kami lupakan ---

Umurnya telah usai..
Tapi karyanya kan trus berlanjut di hati kita..

No comments:

Post a Comment